3/23/2013

Puisi Untuk Satria Hidup


Ayah,
Kita tahu,
Bagi ayah,
Sekarang ni kita seperti api,
Ayah seperti minyak,
Makin didekatkan makin membara api kita,
Kita berdua tiada lagi istilah anak ayah atau sayang anak perempuan,

Ayah,
Senyum tanpa paksaan itu bagai tidak wujud dalam keluarga kita, dilupuskan ,
Yang ada hanya tangisan, jerit pekik tanpa paksaan.
Entah bila kita rasakan rumah itu bagai rumah sumpahan,
Hanya sekejap sudah cukup menelan segala senyum kita.

Ayah,
Ayahlah cinta pertama kita,
Ayahlah satria kita,
Ayahla kompas hidup kita,
Ayahla yang menjadi arang untuk bakar semangat kita .

Ayah,
Kita tinggalkan semua lelaki dengan harapan ayah,menjadi satu-satunya lelaki yang kekal dengan kita,
Kita telan caci maki manusia untuk menangkan ayah,
Kita menangis di pelosok sudut untuk senyum depan ayah,
Kita gigit bibir kita,kuat,untuk tidak teresak bila bercakap dengan ayah,
Kalau orang suruh kita ikat kaki kita dengan batu kemudian terjun tengah laut pun kita sanggup,
Semua untuk satria kesayangan kita,ayah .

Ayah,
Anak perempuan ayah dah menjadi seorang gadis,
Gadis yang hilang kepercayaan kepada manusia,
Takut ditikam belakang,
Gadis yang takut menjadi isteri,
Takut ditinggalkan,
Gadis yang takut untuk menjadi seorang ibu,
Takut anak kita rasa apa yang kita rasa sekarang.

Ayah,
Kita buat segala untuk ayah,
Tapi kita taktahu berapa lama lagi kita mampu menjadi si palsu,
Si palsu yang bertopengkan ego dan senyum sinis,
Sebelum topeng kita ditanggalkan,
Kita merayu,
Kita melutut,
Ambil balik posisi satria kesayangan kita .

No comments:

Post a Comment